Senin, 01 Juni 2009

Jangan Abaikan Radang Gusi..!

Senin, 19 Agustus 2002, 6:26 WIB


Jakarta, Kompas

SEORANG pria berusia 53 tahun pergi ke dokter gigi dengan keluhan gusi bengkak. Akhir-akhir ini ia sering merasa letih dan berat badannya turun. Melihat kondisinya, dokter gigi curiga dan merujuk untuk dibiopsi. Hasil biopsi yang dikonfirmasi dengan tes darah sangat mengejutkan. Pria itu didiagnosis menderita leukemia.

Kasus yang dipublikasi di Journal of Periodontology edisi Juni lalu itu memperlihatkan bahwa kesehatan mulut, termasuk gigi dan gusi, tak bisa disepelekan.

"Dokter gigi perlu waspada. Kasus pembengkakan gusi mungkin saja merupakan manifestasi awal dari penyakit sistemik, seperti leukemia atau diabetes. Mereka perlu bekerja sama dengan ahli lain untuk mendiagnosis," kata Dr John Fantasia, Kepala Divisi Patologi Mulut, Bagian Kedokteran Gigi, Long Island Jewish Medical Center, Amerika Serikat.

Gangguan gusi juga bisa disebabkan infeksi mikroba, gangguan kekebalan tubuh, kurang gizi, bahkan kanker di telinga, hidung, dan tenggorok (THT).

"Orang mengira radang gusi hanya terkait dengan sakit gigi. Padahal, radang gusi merupakan infeksi serius. Bakteri dari gusi yang meradang bisa masuk ke aliran darah, membuat sakit atau memperparah gangguan kesehatan yang ada," ujar Robert Genco DDS PhD, Redaktur Pelaksana Journal of Periodontology dalam keterangan persnya.

Kaitan radang gusi dengan penyakit jantung dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) telah dibuktikan. Bakteri dari gusi yang ikut aliran darah menyangkut di katup jantung. Lama kelamaan jantung terinfeksi. Bakteri juga bisa masuk ke paru lewat ludah maupun udara pernapasan dan menimbulkan infeksi pada paru.

***

RADANG gusi dipicu oleh timbunan plak, zat lengket campuran dari bakteri, ludah, dan sisa makanan. Jika tak segera dibersihkan atau cara membersihkan kurang baik, timbunan plak akan membentuk karang gigi.

Timbunan plak dan karang gigi mendesak gusi, membentuk kantung tempat bakteri berkembang biak. Bakteri mengeluarkan racun yang membuat gusi terinfeksi, bengkak, dan lembek.

Jika radang dibiarkan, selaput periodontal (jaringan ikat penyangga akar gigi) akan rusak dan tulang gigi tererosi. Akhirnya gigi tanggal. Periodontitis (radang periodontal) merupakan penyebab utama rontoknya gigi pada orang di atas usia 40 tahun.

Luka maupun trauma pada gusi, misalnya akibat cara gosok gigi yang tidak betul-terlalu kuat atau salah arah-juga memicu radang gusi.

Risiko radang gusi dan radang periodontal meningkat antara lain oleh rokok, faktor genetik, kehamilan dan pubertas (akibat perubahan hormon), stres, obat-obatan (pil kontrasepsi, obat antidepresi, obat jantung), kebiasaan mengertak-kertak gigi waktu tidur, diabetes, kurang vitamin C maupun kalsium, serta terhirup udara tercampur logam berat, seperti timah dan bismut.

Untuk menghindari radang gusi, dianjurkan menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur, serta membersihkan sela gigi dengan benang gigi (dental floss) setidaknya sekali sehari.

Penggunaan pasta gigi antiplak dan antitartar (karang gigi) disarankan untuk meningkatkan perlindungan. Untuk memastikan, karang gigi dibersihkan setiap enam bulan sekali pada ahlinya.

Jadi, kesehatan juga ditentukan oleh cara Anda merawat gigi dan gusi. (atk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar